tintaindependen.com Tangerang, – Keputusan SMU Negeri 16 Tangerang untuk mengeluarkan (drop out) 10 siswanya karena insiden dalam kegiatan tour sekolah menjadi sorotan. Banyak pihak bertanya-tanya, apakah tour tersebut benar-benar perlu diadakan? Seandainya tidak ada tour, mungkin nasib 10 siswa tersebut akan berbeda.
Tour sekolah sering kali dianggap sebagai ajang untuk memberikan pengalaman baru bagi siswa, mempererat hubungan pertemanan, dan memberikan edukasi di luar kelas. Namun, di sisi lain, kegiatan ini juga memiliki berbagai risiko, mulai dari faktor keamanan hingga permasalahan disiplin yang dapat berujung fatal.
Dalam kasus ini, ke-10 siswa yang dikeluarkan diduga melanggar aturan selama tour berlangsung. Ada yang terlibat dalam tindakan indisipliner, ada pula yang kedapatan membawa barang terlarang. Pihak sekolah pun mengambil keputusan tegas dengan mengeluarkan mereka, sebagai bentuk ketegasan terhadap peraturan sekolah.
Kasus ini menimbulkan pertanyaan besar: apakah tour sekolah benar-benar diperlukan? Jika tidak ada tour, maka insiden yang menimpa siswa-siswa ini mungkin tidak akan terjadi, dan mereka tetap bisa melanjutkan pendidikan mereka di sekolah.
Sebagai alternatif, sekolah bisa mengadakan kegiatan edukatif lain yang lebih terkontrol, seperti seminar, workshop, atau kunjungan singkat ke tempat-tempat yang memiliki nilai edukasi tinggi tanpa perlu menginap atau melakukan perjalanan jauh.
Kesimpulanya tour sekolah memang memiliki manfaat, tetapi risiko yang menyertainya tidak bisa diabaikan. Kejadian ini menjadi pelajaran bagi sekolah-sekolah lain untuk lebih selektif dalam menyusun program di luar kelas. Apakah sebaiknya tour tetap dilaksanakan, ataukah lebih baik mencari alternatif yang lebih aman dan tetap memberikan manfaat edukatif bagi siswa.[Red]
Mulyadi